30 Juli, 2008

Jangan Pernah Menyerah Sebelum Berperang



Sore yang cerah dia datang dengan senyum yang menawan membawa kecerian selepas kumandang azan magrib bergema di Masjid yang berjarak beberapa meter saja dari Redaksi almamater.

Riyanti begitulah dia disapa, dara kelahiran 6 Mei 1987 di Cikalong Kabupaten Tasikmalaya saat ini sedang menjalani studi nya di STMIK Bani Saleh Bekasi. Dengan sedikit bergaya, mahasiswi yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Banis Photo ini mulai bergaya saat fotografer almamater membidikan kamera kearahnya.

Menjadi wanita karir itulah obsesinya dan cita-citanya, selaras dengan itu dia memilih program studi Manajemen Informatika untuk meraih cita-cita tersebut, saat ditanya karir y ang ingin dijalani Riyanti menjawab ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), di masa depan kehidupan bisa tenang terus bila punya suami nanti bisa bantu keuangan keluarga”. Jawab nya sambil tertawa renyah.

Keseharian yang dijalani oleh “mahasiswi rantau
yang bernama lengkap Heryanti Supandi ini adalah kuliah sambil bekerja. dia termasuk golongan wanita pekerja keras hingga beberapa pekerjaan telah dijalani seperti pernah menjadi karyawan di kantor pemasaran properti, PIZZA, MC Donald dan 21 “Yang penting halal dan tidak menganggu studi“, jawab manjanya.

Sebagai mahasiswi yang kesehariannya bergaul dengan bermacam-macam sifat dan karakter dari teman-teman, tentunya gadis yang hobi “jeprat-jepret“ kamera dan membaca buku sastra ini mempunyai suka duka selama dikampus. “saya pernah di marahin dosen karena bantuin teman waktu itu minta difotoin pakai kamera digital yang baru saja dibeli, saat itu dosen lagi memberikan materi kuliah di depan kelas“ malu tapi ya gitu deh, candanya. Walaupun demikian dia menyenangi dosen yang bersifat tegas dan bijaksana.

Sesuai dengan program studi yang dijalani, mata kuliah yang paling disenangi adalah praktek pemograman komputer seperti Visual basic, My SQL dan beberapa program komputer yang berhubungan dengan Database. Kendala yang terberat dalam menjalani masa-masa kuliah adalah kuliah sambil bekerja dan berusaha untuk mendapatkan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) minimal skala 3 .

Figur wanita yang paling berpengaruh dalam hidupnya adalah ibunda tercinta dan kakak wanitanya, ibunda selalu wanti-wanti agar terus belajar agar (IPK) nya tinggi, sedangkan kakak wanitanya termasuk wanita pekerja keras karena menjalani kuliah sambil bekerja di perusahaan swasta.

Wanita zaman sekarang harus pintar, punya wawasan, disiplin dan yang pasti cantik “luar dalam“, Ujar gadis sunda ini yang waktu kecilnya pernah juara nyanyi daerah sunda di Tasikmalaya. Dalam menjalankan hobi nya dibidang fotografi, gadis berkulit kuning langsat ini dengan modal wajah cantik yang dimiliki punya keinginan untuk menjadi seorang model.

Diapun pernah mengalami saat-saat sulit dalam mengambil keputusan, menjalani hobi atau harus bekerja karena biaya kuliah lumayan besar. Keputusan yang diambil adalah bekerja sehingga keinginan jadi modelnya nya hanya disimpan didasar hati. Namun di ujung masa studinya dia kembali menekuninya dan pada saat ini tengah menjalani seleksi di pemilihan gadis sampul disebuah media lokal “Allhamdulillah baru masuk 20 besar dan beberapa hari lagi akan diseleksi lagi“. Jangan lupa doa nya, Katanya sambil memohon izin untuk menerima deringan telepon yang dari tadi berbunyi di ponsel (HP) nya.

Karena malam semakin merangkak menuju titik terhitam tamu almamater pada edisi kali ini pun bergegas pulang karena besok harus kuliah. Ok deh, semoga tercapai cita-citanya dari seorang model yang identik dengan selebritis yang akhirnya jadi menjadi pegawai negeri sipil dan jangan pernah menyerah sebelum berperang. (Budi s darma/ almamater edisi mei 2008)

Profesionalisme Guru Sebagai Sebuah Kebutuhan


Almamater. Bekasi kota.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat di tunda-tunda lagi, seiring dengan persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi sekarang ini. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.

Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan tugas. Menurut Prof Dr H TB. Abin Syamsudin Makmum., MA, salah seorang tim pengembang sertifikasi guru di dalam diklat tingkat nasional yang dilaksanakan di Islamic Center Bekasi baru-baru ini menyampaikan, upaya-upaya yang harus dilakukan dalam meningkatan profesionalisme guru adalah sertifikasi sebagai sebuah sarana, perlunya perubahan paradigma, jenjang karir yang jelas, dan peningkatan kesejahteraan yang nyata.

Kegiatan yang digagas oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang bekerjasama dengan UPI Bandung dan UNJ Jakarta, di bukasecara resmi oleh Wakil walikota Bekasi Rahmat Effendi. Dengan mengusung tema peningkatan kompetensi pedagogik tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan diindonesia, ternyata cukup diminati oleh para tenaga pendidik dari lembaga pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dapat terlihat dengan tidak tertampung nya peserta dengan 2 Aula yang berkapasitas 2000 orang yang disediakan oleh panitia. Sehingga banyak peserta yang tidak dapat tempat duduk dan berada diluar.

Beberapa Peserta yang datang dari berbagai lembaga pendidikan ini berhasil diwawancarai oleh almamater yang saat itu berada diluar, “kita tidak dapat tempat duduk karena daftarnya susulan, terus ngapain juga di dalam, tidak dapat makalah yang penting itu sertifikatnya”. Kata ibu-ibu itu sambil meneruskan belanja di bazaar yang digelar oleh pedagang kaki lima islamic center.

Ironisnya, dari jadwal yang direncanakan oleh panitia yang dimulai dari pukul 8.00 sampai 17.00.Wib ini agaknya tidak kena sasaran karena selepas sholat zuhur, hampir 70% tenaga pendidik ini telah beranjak pulang padahal 2 materi diklat lagi masih dilaksanakan. (Budi s. darma /