02 Januari, 2012

Pesona Lembah Harau Edisi Expedisi Ranah Minangkabau 1

 Lembah Harau dijuluki  Lembah Yosemite di Indonesia

“Juni 2011 yang lalu sebagaimana diberitakan koran lokal bahwa peserta tour de singkarak yang datang dari berbagai negara yang finish di Lembah Harau berdecak kagum melihat keindahan alam yang diapit tebing-tebing terjal yang sangat bagus untuk pecinta panjat tebing (climbing).”

 [MAI. Jakarta.] Lembah Harau merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada ± 138 km dari Padang ± dan 47 km dari Bukittinggi atau sekitar ± 18 km dari Kota Payakumbuh dan ±2 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Tempat ini dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Lembah Harau memiliki iklim tropis dan tanah yang subur, juga keindahan pemandangan alam yang menawan.

Lembah Harau dijuluki Lembah Yosemite di Indonesia karena memiliki keindahan seperti Taman Nasional Yosemite yang terletak di Sierra Nevada California dan telah terkenal ke seluruh dunia.
Harau diyakini berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘Arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.

Lembah Harau memiliki sekitar 5 air terjun, yaitu 1 air terjun di Akar Berayun dan 4 air terjun yang ada di Sarasah Bunta. Air terjun tersebut mempunyai air yang dingin dan sangat jernih serta dingin.

Perjalanan 1,5 jam dari Bukittinggi ke arah barat tidak akan sia-sia karena Anda akan disuguhkan suasana alam pegunungan dihiasi jejeran air terjun indah setinggi ± 100 meter. Belum lagi tempatnya dilalui empat buah sungai yang jernih siap memanjakan mata Anda.


Transportasi umum siap mengantarkan Anda yang datang melalui Bukittinggi. Menyewa minivan atau sepeda motor akan memastikan waktu berkunjung Anda di dataran tinggi Minangkabau lebih tepat.

Melakukan perjalanan sejauh 44 kilometer kearah Pekanbaru dan Riau maka Anda akan berhenti di Lembah Harau dengan tebing batu granit curam setinggi 80 -300 meter. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus berwarna kemerah-merahan tegak mengelilingi lembah begitu menawan untuk Anda pandang dan sempurna dalam rekaman foto. [/Foto dan teks :BSD-Tanjung]

01 Januari, 2012

BUKIK BULEK TARAM " Expedisi Ranah Minangkabau 1

MAI. Lima Puluh Kota.
Bukit Bulek Taram Merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Kenagarian Taram Kabupaten Lima Puluah Kota. disebut Bukik Bulek karena berbentuk bundar, puncaknya menonjol dan sangat terjal.

Di kaki bukit ini terdapat hamparan yang datar dan sebuah lapangan bola kaki tempat bermain anak nagari, juga cocok untuk dijadikan bumi perkemahan dan lokasi untuk Off road buat pecinta adventure otomotif. Lokasi ini belum dikelola seutuhnya sebagai suatu objek wisata dan belum memiliki fasilitas wisata, sehingga masih merupakan potensi alam yang bisa dikembangkan sebagai asset wisata.

Dikelilingi rawa-rawa yang banyak ikannya dan pada hari libur sering dijadikan tempat memancing, disamping itu kita juga bisa menyaksikan ratusan burung belibis hitam yang terbang rendah mengelilingi bukit dan kemudian hinggap dirawa-rawa tersebut. Menurut cerita orang-orang tua di Kenagarian Taram, Bukik Bulek adalah bekas pecahan dari batu 7 bukit yang ada di Taram. Bukik Bulek berjarak 11,5 km dari kota Payakumbuh.

Jam Gadang Bukittinggi edisi EXpedisi Ranah Minangkabau 1

MAI. Bukittinggi, Salah satu daya tarik dari perkembangan wisata Kota Bukittingi adalah Jam Gadang, selain tempat wisata lainnya di kota  JAM GADANG ini,

Sekilas sejarah   JAM GADANG
Sejak didirikan, lokasi Jam Gadang merupakan jantung kota Bukittinggi. Bangunan semacam tugu setinggi 26 meter dengan bulatan jam di keempat sisi bagian atasnya ini dibangun pada tahun 1826 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur atau Sekretaris Kota Bukittinggi waktu itu, Rook Maker. Jadi, umurnya sudah lebih dari 180 tahun.

Pembangunannya diselesaikan oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh dan biaya pembangunan ‘hadiah’ ini mencapai 3.000 Gulden pada saat itu. biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang ini sebagai markah tanah yang sekaligus menjadi lambang atau ikon Kota Bukittinggi. Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol Kota Bukittinggi.


Menara jam ini telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk pada bagian puncaknya. Pada awalnya puncak menara jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Saat masuk menjajah Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mengubah puncak itu menjadi berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.

Jam Gadang yang denah dasarnya berukuran 13×4 meter ini berdiri di atas kawasan Taman Sabai Nan Aluih di depan Istana Bung Hatta. Di kawasan ini ditanam sejumlah pohon sehingga makin terasa rindang. Pemerintah daerah juga melengkapinya dengan kursi-kursi beton untuk bersantai. Taman ini selalu ramai, mulai pagi, siang, sore hingga malam hari. Tua muda selalu memanfaatkan kawasan ini untuk bersantai. Bahkan, banyak orang tua muda membawa putra-putrinya bermain di tempat ini pada sore hari.

"Bendi " transportasi asyik untuk mengelilingi wisata sekitar jam gadang
Di kawasan ini juga tersedia andong atau sado yang disebut Bendi untuk berkeliling-keliling di kawasan pusat kota. Untuk masyarakat biasa, tarif yang dikenakan biasanya Rp 2.500 jauh dekat. Sementara khusus untuk wisatawan, tarifnya bisa lebih sesuai negosiasi.

Di dekatnya, terdapat pula Pasar Atas yang merupakan pusat perdagangan di Bukittinggi. Pasar ini biasanya ramai pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu. Berbagai barang dijual di pasar ini, mulai dari sayur dan buah-buahan, pakaian hingga berbagai macam kerajinan tangan berupa tenun, kerajinan perak, hingga kaus dan baju yang menunjukkan citra Minangkabau. Semuanya dijual dengan harga miring.

Di Bukittinggi, banyak sekali obyek wisata yang bisa disambangi. Namun Jam Gadang biasanya menjadi sentra para wisatawan sebelum beranjak ke obyek wisata lainnya. Memilih beberapa penginapan yang berserakan di sekitar kawasan Jam Gadang juga dapat menjadi pilihan jika ingin secara leluasa melihat jam ini berpose pada waktu terang ataupun gelap, yaitu di sepanjang Jalan Laras Dt. Bandaro-jalan Soekarno Hatta-Jalan Dr. A. Rivai-Jalan Jenderal Sudirman.

Pantang meninggalkan kawasan Jam Gadang tanpa foto.
Tak lengkap rasanya untuk meninggalkan kota ini  sebelum jepret sana sini. Jangan kedipkan mata ketika melihat puncak Jam Gadang pada waktu pagi hingga sore hari, kemegahannya tampak sempurna dengan didukung oleh latar belakang langit yang biru. Sedangkan pada waktu malam, temaram lampu taman yang berwarna kuning membuat taman ini tampak eksotik dan romantis. /* BSD_Tanjung / dari berbagai sumber


Biarkan hujan membasuh jejak tahun 2011

MAI. Jakarta. sudah dua hari ini hujan menguyur belahan jakarta dan sekitarnya, tetesan segar dari angkasa ini seakan menyambut awal tahun 2012 dan memmbasuh semua cerita tentang tahun 2011. mengingat dan mengenang masa lalu menurut sebagian manusia tentu akan menjadi bahan pelajaran ataupun pengalaman. baik pengalaman yang baik maupun yang buruknya selama setahun. beruntunglah sebagian orang jika di tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya dan merugilah sebagian orang jika ditahun ini mengalami hal yang sama ditahun apalagi mengalami kemerosotan.
masa lalau, adalah masa yang telah dilewatkan,  masa sekarang adalah masa yang sedang kita hadapi sedangkan masa depan masa yang akan kita tuju. masa depan yang cerah adalah mengambil hikmah dan pelajaran dari masa lalu, merubah dan meningkatkan dimasa sekarang dan meraihnya dimasa depan.