Keputusan yang ditetapkan lembaga tertinggi pendidikan ini dengan alasan untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini mengundang reaksi dari Stakeholder pendidikan begitu juga dengan abu-abuer, mereka pun mengelar demontrasi agar keputusan itu di gagalkan dengan alasan bahwa mata pelajaran yang diujikan terlalu banyak dan standar nilai kelulusan minimal begitu menyulitkan bagi mereka.
Reaksi yang mereka lakukan ini tentu saja menjadi gambaran bahwa keputusan penguasa negeri ini kebanyakan tidak bisa diterima oleh masyarakat khususnya dibidang pendidikan. Biasanya yang mengelar demontrasi itu mahasiswa atau Pekerja yang kesejahteraannya tidak pernah dipenuhi. bila sekarang pelajar SMA yang demontrasi karena begitu banyak beban yang ditempuh untuk selembar ijazah mungkin berikutnya SMP dan Sekolah Dasar.
Sementara pelajar SMA sederajat terus meningkatkan konsentrasi belajar untuk menghadapi ujian nasional agar bisa lulus dan memdapat ijazah yang sendiri mereka tidak tahu mau dibawa kemana, Kuliah atau mencari kerja. Mau kuliah PTN harus hadapi ujian masuk dan dana yang tidak sedikit, mau kerja lowongan tidak ada.
Disisi lain, lembaga pendidikan yang lebih tinggi “PTN dan PTS” telah mempersiapkan diri untuk menguji atau menyeleksi mereka bila para lulusan abu-abuer ini mau melanjutkan pendidikan di kampus mereka.
Ironisnya lembaga- lembaga pendidikan yang nota bene sebagai jenjang terakhir pendidikan ini, baru- baru ini juga meributkan sistem penerimaan mahasiswa baru yang lebih dikenal dengan SPMB akhirnya pecah kongsi, 41 PTN membuat keputusan mendirikan UMPT Nasional yang digelar di ITS pada bulan Maret yang lalu. Alasan mereka keluar dari kongsi yang selama ini salah satunya dalam pengelolaan keuangan yang tidak sesuai dengan perundang-undangan, yakni tidak memasukan uang pungutan kekas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sementara sistem yang dipakai dalam menerima calon MABA tidak ada perbedaan.
Bila PTN SPMB mempersiapkan diri untuk melaksanakan seleksi calon MABA yang akan digelar 2-3 Juli dan UMPT pada 25-26 Juni mendatang. Beberapa PTS tentu saja mencemaskan bila kedua nya dilaksanakan, bisa saja kuota calon MABA yang masuk ke PTS lebih sedikit karena bila calon MABA tidak Lulus di UMPT tentu saja ikut SPMB dulu baru ke PTS.
Bila saja saya masih SMA tentu saja hal ini pasti membingungkan campur menguntungkan serta bangga jadi pelajar yang diperebutkan untuk bisnis pendidikan PTN dan PTS. Namun rasa hiba pun mengalir karena sementara pelajar sibuk belajar buat syarat lulus Ujian nasional, bila luluspun dan mempunyai niat untuk mengapai cita-cita mulia belum tahu melanjutkan kuliah dengan jurusan apa dan di Perguruan Tinggi mana, takutnya salah Jurusan sebab sementara ini sosialisasi tentang program-program yang diselengarakan di PT terlalu minim walaupun ada hanya bersifat promosi yang tampilkan di media elektronik maupun cetak, spanduk dan ataupun dalam Pameran pendidikan dengan menyebarkan brosur yang biasa saja bukan jati diri lembaga itu yang sesungguhnya. Jadi kudu hati-hati takut salah jurusan, cita-citapun melayang ke awan.
Budi S. Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar